Cinta terbesar seseorang adalah ketika ia memberikan nyawanya untuk orang-orang yang mereka kasihi.
Gajah adalah hewan terbesar yang hidup di darat. Mereka memiliki kebutuhan yang besar akan air untuk kelangsungan hidup mereka. Gajah minum dengan cara menyedot air ke dalam bebalainya yang besar,
mengaduk-aduk ke dalam mulutnya yang terbuka, kemudian meniup untuk
melepaskan air di dalam mulutnya seperti semprotan. Gajah jantan besar
mungkin menyimpan hingga 10 liter air dalam belalainya, dan mungkin
minum hingga sekitar 200 liter per hari.
Saa itu musim panas, kekeringan yang parah terjadi di hutan. Kolam,
sungai, dan aliran sungai mengalami kekeringan. Hewan-hewan berlari
panik mencari air. Seekor gajah jantan bersama pasangannya, letih
mencari air di bawah sinar matahari musim panas terik itu. Mereka datang
ke tempat tidur berpasir di sungai yang kering. Gajah jantan menggali
lubang yang dalam dan menemukan sedikit air. Dengan penuh kasih ia
memanggil pasangannya untuk minum air itu. Tetapi gajah betina dengan
penuh kasih bersikeras bahwa ia meminumnya sedikit, pura-pura tidak
haus. Mereka akhirnya memutuskan untuk minum bersama-sama. Mereka
menenggelamkan belalai mereka ke dalam air dan pura-pura minum dengan
menaikkan belalai kosong mereka, padahal tidak ada air dalam belalai
mereka.
Mereka pun menyadari bahwa kekuatan cinta mereka, akhirnya mereka
saling berpelukan satu sama lain dengan belalai mereka. Hewan-hewan
dalam kisah ini menggambarkan cinta pengorbanan sejati, bentuk terbesar
dari cinta. Demikian pula dengan kisah berikut ini. Seorang terkenal sedang lewat
hutan. Ia datang ke tempat yang hancur karena kebakaran hutan liar. Ia
bisa melihat tanaman hangus, pohon-pohon, dan hewan di mana-mana. Ia
melihat seekor unggas terbakar dan menyentuhnya dengan tongkat.
Tubuh
unggas besar itu hangus dan jatuh, kemudian dari dalam tubuh induk
unggas yang terbakar itu, beberapa anak unggas keluar. Ia bisa
mengetahui peristiwa itu dengan mudah. Rupanya induk unggas itu berusaha
menembus api yang mengamuk dalam upaya menyelamatkan anak-anaknya.
Tetapi
karena ia tidak bisa pergi ke mana-mana, ia menutupi anak-anaknya
dengan pelukan dan akhirnya menerima luka bakar di tubuhnya sendiri. Ia
menyelamatkan anak-anaknya dengan mengorbankan hidupnya sendiri dalam
api. Orang itu pun tahu bahwa induk unggas itu telah memberikan contoh cinta pengorbanan kepada kita.
Penulis: K. Tatik Wardayati
Sumber: Intisari